Peran Keluarga dalam Pembangunan Bangsa


Peran Keluarga dalam Pembangunan Bangsa


Ada sebuah ungkapan “walaupun jumlah anak-anak hanya 25% dari total penduduk, tetapi menentukan 100 persen masa depan bangsa”. Ini berarti maju tidaknya sebuah bangsa, sangat tergantung dari kualitas generasi mudanya. Thomas Lickona, seorang profesor pendidikan dari Cortland University, mengungkapkan bahwa ada “tanda-tanda jaman” yang harus diwaspadai, karena kalau tanda-tanda ini sudah ada, maka sebuah bangsa akan menuju jurang kehancuran. Tanda-tanda tersebut adalah (1) meningkatnya kekerasan dikalangan remaja, (2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, (3) pengaruh peer-group yang kuat dalam tindak kekerasan, (4) meningkatnya perilaku yang merusak diri, seperti narkoba, sex bebas, dan alkohol, (5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, (6) penurunan etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, (9) ketidak jujuran yang telah begitu membudaya, (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama.


Dengan adanya berita yang sering terdengar tentang kenakalan, tawuran, dan kriminalitas yang dilakukan oleh remaja, kita boleh menilai apakah bangsa kita sudah memiliki “tanda-tanda jaman” tersebut. Jika ini benar adanya, apakah bangsa kita sudah dekat dengan kehancuran? Dekadensi moral pada generasi muda merupakan cerminan dari krisis karakter seluruh bangsa. Kita tahu bahwa seluruh manusia dilahirkan dalam keadaan suci, atau seperti kertas putih (tabula rasa). Baik atau buruknya akhlak seseorang sangat tergantung bagaimana ia dididik dan dibesarkan oleh lingkungannya (keluarga, sekolah, komunitas, masyarakat luas), padahal lingkungan di mana generasi muda kita dibesarkan sekarang ini sedang mengalami krisis multi-dimensi yang begitu parah, dan ini pada intinya adalah krisis moral (budaya KKN yang sudah mengakar, kebohongan publik, fitnah, konflik keluarga, pertikaian multi-etnis, agama, golongan, dan sebagainya). Bagaimana kita akan menciptakan masa depan yang cerah, kalau anak-anak dibesarkan dalam lingkungan seperti ini? Dengan adanya berita yang sering terdengar tentang kenakalan, tawuran, dan kriminalitas yang dilakukan oleh remaja, kita boleh menilai apakah bangsa kita sudah memiliki “tanda-tanda 



Perubahan jaman kearah yang lebih modern dapat mempengaruhi institusi keluarga. Sekarang sudah terlihat adanya pergeseran nilai-nilai keluarga dimana cinta berubah menjadi situasional, komitmen dan tanggung jawab berkurang, terutama terhadap pengasuhan anak. Orang tua terutama ibu lebih mementingkan kepentingan aktualisasi diri ketimbang kepentingan keluarga, dan diwarnai oleh tingkat stress yang tinggi pada para anggota keluarganya termasuk anak-anaknya.

Keluarga adalah tempat pertama dan utama di mana seseorang andak dididik dan dibesarkan. Fungsi keluarga utama seperti yang telah diuraikan di dalam resolusi majelis umum PBB adalah “keluarga sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera”. Seorang pakar pendidikan, William Bennett, mengatakan bahwa:

“…. the biological, psychological, and educational well-being of our children
depend on the well-being of the family…The family is the original and most effective
Department of Health, Education and Welfare. If it fails to teach honesty, courage,
desire for excellence, and a host of basic skills, it is exceedingly difficult for any other
agency to make up its failures”

(“kesejahteraan fisik, psikis, dan pendidikan anak-anak kita sangat tergantung pada
sejahtera/tidaknya keluarga….Keluarga adalah tempat yang paling orisinal dan efektif
dari Departemen Kesehatan, Pendidikan, dan Kesejahteraan. Apabila keluarga gagal
untuk mengajarkan kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi terbaik, dan
kemampuan-kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagi lembaga-lembaga lain untuk
memperbaiki kegagalan-kegagalannya”).

Konsep keluarga yang berfungsi dalam Islam adalah keluarga sakinah. Keluarga sakinah mempunyai nilai-nilai seperti cinta dan kasih sayang, komitmen, tanggung jawab, saling menghormati, dan kebersamaan serta komunikasi yang baik. Keluarga yang dilandasi nilai-nilai tersebut, maka keluarga menjadi tempat yang terbaik bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal.


sumber:
These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

Leave a comment