Bicara mengenai tawuran, merupakan hal yang sangat kompleks dan sulit untuk diselesaikan, dari tahun ke tahun terlihat sangat sulit untuk diselesaikan. Berbagai cara yang dilakukan pemerintah untuk meminimalisir terjadinya tawuran pun tidak menempuh titik terang dan hanya memperkeruh masalah yang ada. Sekarang tawuran tidak hanya terjadi dikalangan pelajar khusunya STM yang dulunya kegiatan ini akrab sekali disangkut-pautkan dengan mereka, sekarang budaya tawuran menjadi makin ngetrend di kalangan pelajar SMA, SMP, bahkan SD. Terkadang hanya hal sepele yang menyebabkan antara kedua kubu bentrok, lebih seringnya tawuran terjadi karena saling menyoraki antara satu sekolah dengan sekolah lainnya, hal yang sangat terlewat sepele yang menyebabkan tawuran terjadi.
Menurut Randy Ghalib dalam tulisannya di kompasiana, Aksi
kekerasan yang sering terjadi dalam berbagai demonstrasi di seluruh
daerah Negara/bangsa ini seolah tak pernah luput dari bidikan kamera
jurnalis yang kemudian di follow up oleh media dan menjadi konsumsi
berbagai lapisan masyarakat dan parahnya aksi kekerasan yang terjadi
seolah-olah tidak ada ujungnya, proses hukum sebagai konsekuensi dari
aksi anarkis jarang mendapat tempat dalam pemberitaan media sehingga
terkesan bahwa aksi kekerasan apabila dilakukan oleh kelompok atau
organisasi di Negara/bangsa ini tidak akan disentuh hukum, sehingga
sadar tidak sadar, setuju tidak setuju aksi kekerasan telah merasuki
alam pikiran para pelajar yang belum mampu memfilter berbagai
pemberitaan dan cenderung mengikuti apa yang dilihat. Dan pada akhirnya
berbagai Tawuran antar pelajar pun bermunculan dan bahkan sampai pada
jatuhnya korban.
Sebenarnya apa yang ingin ditunjukkan oleh pelajar melalui tawuran. Apa mereka ingin menunjukkan siapa yang paling kuat, atau ingin menunjukkan siapa yang paling harus disegan atau hanya sebagai menentukan siapa yang paling berkuasa di daerah mereka? entahlah. Jika dilihat dari realita yang ada, bisa dibilang tawuran itu adalah hal yang konyol. Cara mereka tawuran juga bisa dibilang aneh. Contoh pertama, tawuran dilakukan secara bergerombol, kalau memang ingin menunjukkan siapa yang paling kuat tidak perlu bergerombol kalau bergerombol lari-larian kesana-kemari itu banci namanya. Contoh kedua, tawuran maju-mundur. ya bisa dibilang ini bukan tawuran, tapi bisa dibilang permainan kejar-kejaran, Contoh yang ketiga dan yang paling aneh, pelajar-pelajar yang mengumbarkan kekerasan bawa samurai, bawa celurit, bawa gir, teriak-teriakan, petantang-petenteng, ditambah dengan muka yang garang ketika mereka tertangkap polisi pada menangis. kurang konyol apalagi coba?
Damai itu indah, damai itu anugerah |
Ini dia masalah yang harus dihadapi oleh masyarakat, khususnya diri kita sendiri dalam sebisa mungkin menghindari kontak fisik dengan tawuran ini. Seperti cerita
pewayangan yang pernah dipentaskan Dalang Sujiwo Tejo, dalam cerita pewayangannya ada sepenggal
kalimat yang berbunyi “kenapa Ciuman dilarang untuk ditanyangkan
sementara aksi kekerasan begitu marak ditayangkan”. Sebenarnya maksud dari apa yang disampaikan oleh Sujiwo Tejo tentang ciuman adalah
bahwa kita juga perlu menunjukkan sikap saling cinta mencintai, sayang
menyangi antar sesama anak bangsa bukan malah sebaliknya kita hanya
mempertontonkan sikap permusuhan, saling caci maki bahkan sampai pada
saling bunuh, antara sesama anak bangsa. Bukankah Negara/bangsa
Indonesia adalah Negara/bangsa yang berbudaya, Negara/bangsa yang
menjunjung nilai-nilai moral, Negara/bangsa yang sopan santun,
Negara/bangsa yang saling menghargai dan menghormati antar sesama anak
bangsa?, Kemana nilai-nilai baik yang diwariskan oleh leluhur
Negara/bangsa ini? Inilah negara kita, kalau bukan kita yang dapat merubahnya siapa lagi.
Bangsa ini telah berubah menjadi bangsa yang anarkis. Segala hal selalu diselesaikan dengan cara kekerasan. seakan berpikir jika kekerasan itu dapat menyelesaikan masalah secara instan. tetapi nyatanya tidak, hal ini hanya menimbulkan munculnya konflik baru yang tidak ada habisnya. Harus ada cara yang terbaik danmatang dalam mengakhiri konflik yang berkepanjangan ini. jika dilihat dari manfaatnya apa si yang bisa diambil? sejauh ini tidak ada yang ada hany menimbulkan keresahan masyarakat. Ulasan dari Sujiwo Tejo tentang ciuman yang dilarang disiarkan tetapi kekerasan begitu marak ditayangkan media juga bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menyelesaikan masalah.tawuran ini. Tayangan mengenai kasih sayang harus seimbang dengan tayangan kekerasan. Kenapa tidak diperbanyak saja tayangan mengenai kasih sayang, dan dihilangkan saja tayangan kekerasan?? Tentunya tidak bisa seperti itu, Dalam kehidupan butuh keseimbangan. Ada hitam dan putih, ada bersih dan kotor, ada baik dan buruk, semua saling berdampingan, demikian juga dengan kasih sayang dan kekerasan, harus terjadi keseimbangan diantaranya supaya dapat dibandingkan.
Sumber terkait dalam postingan ini :

Tags:
Tugas Kuliah
Leave a comment