Masih diperjuangkankah hak orang pinggiran seperti kami?

Bisa bersekolah seperti anak-anak pada umumnya mungkin sesuatu yang sangat menyenangkan tetapi jangan kan untuk bersekolah, untuk mencukupi kehidupan sehari-hari pun susah. Hal ini dirasakan oleh kebanyakan rakyat indonesia, terlebih bagi Risma. Risma adalah seorang anak kecil berumur 11 tahun, dia hidup bersama ayahnya yang cuma sebagai pekerja serabutan. Risma hanya tinggal berdua dengan ayahnya bukan karena ditingal meniggal oleh ibunya tapi karena ibunya pergi ke Jakarta dan menikah lagi dengan seseorang disana. Dengan keadaan keluarganya yang seperti itu ditambah dengan kondisi keuangan keluarganya yang pas-pasan dia pun akhirnya berhenti dari sekolah pada kelas 4 SD karena faktor biaya dan kemudian bekerja berjualan bakso keliling kampung dengan harapan dia bisa sekolah lagi dari hasil kerjanya. Bakso itu bukan milik dia sendiri tapi milik tetangganya dan Risma yang bertugas menjualkannya keliling.
Risma pun berkeliling kampung menyuguhi dagangannya itu. Hari pun semakin siang dan panas, akhirnya Risma beristirahat sebentar untuk menghilangkan lelah. Karena kebetulan tempat istirahat Risma dekat dengan sekolahnya dulu, dia pun mampir ke sekolahnya tersebut. Dia melihat teman-temannya yang sedang asyik belajar dalam kelas, sedih rasanya hati irma meliihat teman-temannya yang sedang asyik belajar sedangkan dia harus bekerja susah payah untuk mengumpulkan uang demi dapat bersekolah lagi. Uang hasil upah untuk 1 hari berjualan pun tidaklah banyak hanya sebesar Rp2000 perharinya. Bukan uang yang cukup besar, jangan kan untuk menabung untuk sekolah, untuk makan sehari-hari pun susah.

Pada akhirnya Risma pun mempunyai inisiatif, selama berdagang menjual baksonya Risma selalu membawa buku dan alat tulis yang dia gunakan untuk mencatat dari luar jendela sekolahnya ketika dia sedang istirahat di siang hari sehabis berdagang. Risma selalu datang  di tiap siang hari untuk ikut belajar walaupun dari luar jendela sekolah. Sampai akhirnya rutinitas Risma pun diketahui oleh salah seorang guru disana, guru itu merasa iba dan kagum pada semangat belajar yang dimiliki Risma  Akhirnya guru itu mengajukan beasiswa ke sekolah untuk Risma supaya dia dapat bersekolah secara gratis tanpa dipungut biaya sepeser pun dan akhirnya pihak sekolah pun seutju untuk memberikan beasiswa itu.

Keesokan harinya Risma yang belum tahu kalau dia mendapatkan beasiswa dari sekolah itu datang seperti biasa untuk kembali mengikuti pelajaran dari luar. Ketika sedang mengintip dari luar Risma dikejutkan dengan seseorang yang menepuk pundaknya, dia kaget kalau ternyata yang menepuk pundaknya itu adalah seorang guru disana. Risma pun gelagapan bingung tidak tahu harus bagaimana karena merasa telah tertangkap basah. tapi sang guru tersenyum kepada Risma, dan berkata "Kamu mau sekolah?" tutur guru tersebut. Dengan terbata-bata Risma menjawab "ii..iiya saya ma...mauu sekali, tapi saya tidak punya uang untuk sekolah. Bahkan saya tidak pantas berada disini." Dengan tersenyum guru itu membalas "Tidak ada seorang pun yang tidak pantas untuk sekolah, sekolah adalah hak kita sebagai warga negara sebab generasi kamu lah yang akan meneruskan dan memperjuangkan cita-cita Negeri kita, jadi jangan pikirkan biaya semua sudah ada jalannya." Dan akhirnya guru tersebut memberikan baju sekolah, tas  dan alat tulis serta buku kepada Risma. Sambil meneteskan airmata Risma menerima pemberian tersebut dan Risma sudah bisa bersekolah keesokan harinya. Risma pun segera pulang ke rumah untuk memberi tahu ayahnya. Sesampainya di rumah, Risma langsung memeluk ayahnya sambil menangis dia menceritakan semuanya. Ayahnya pun bahagia karena anaknya dapat bersekolah kembali, mungkin dia merasa gagal menjadi seorang ayah karena tidak dapat menyekolahkan anaknya tapi mau bagaimana lagi inilah nasib menjadi orang pinngira seperti mereka.

kesokan harinya Risma mulai bersekolah kembali. Tahun pun berganti, dan akhirnya Risma lulus dari SD dan mendapat beasiswa lagi untuk meneruskan ke SMP dan berulang lagi ketika masuk SMA dia pun mendapat beasiswa dan lanjut kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Negeri ternama di Indonesia dari beasiswa juga dan akhirnya dia lulus dan bekerja di salah satu perusahaan ternama dengan jabatan yang bagus disana. Dengan semangat belajarnya dan tekadnya yang kuat akhirnya dia dapat merubah hidup nya dan membahagiakan ayahnya. Dari seorang pinggiran yang tidak dianggap dan susah dalam segi ekonomi menjadi orang yang mempunyai peran penting dan hidup serba kecukupan..

Hak kita sebagai warga negara salah satunya adalah mendapat pengajaran, serta kehidupan yang layak. Bisa dilihat dari contoh kisah diatas, seorang anak kecil miskin yang tidak bisa sekolah harus bersusah payah untuk sekolah dia mengumpulkan uang dengan berjualan bakso keliling kampungnya. Jika dipikir-pikir dimana bukti janji-janji pemerintah akan kehidupan yang layak dan sekolah gratis. Memang sudah ada yang terealisasi tapi tidak menyeluruh. Hanya segelintir daerah atau pun orang yang menikmatinya, lalu bagaimana kah nasib bagi anak-anak yang tidak dapat bersekolah? sedangkan itu hak mereka untuk mendapatkannya. Memang terkadang kaum pinggiran seakan kurang terjamah oleh pemerintah bahkan hampir terlupakan, Hanya kota-kota besar yang justru mendapat perhatian pemerintah. lalu bagaimana nasib anak-anak kurang beruntung di kota-kota lainnya? Banyak hak-hak mereka sebagai warga negara yang belum mereka dapatkan sedangkan kewajiban mereka sebagai warga negara selalu dituntut!!



Referensi : My Mind ^_^
These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati

2 Responses to this post

  1. Poetra Cipta on 27 Maret 2012 pukul 07.21

    ok dah.......
    bagus
    jangan lupa comment balik bos.....

  2. indra Bagus Pratama on 27 Maret 2012 pukul 18.30

    hahahah males

Leave a comment